Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Renungan Harian - Kualitas Hati Seorang Pemimpin

Leader Renungan Harian

Sekelompok orang yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar akan sulitnya untuk dihentikan. Bagi sekelompok orang yang mempunyai motivasi semangat juang yang tinggi, segala masalah yang muncul nampaknya akan bisa diatasi, segala macam sasaran nampaknya akan dapat dicapai dan oposisi tidak lebih daripada sekedar batu loncatan yang membawa kepada keberhasilan. Jika dibawah kuasa, bimbingan, dan pengendalian Roh Kudus seorang pemimpin dapat membina semangat yang berkobar-kobar di dalam hati orang-orangnya maka tugas seorang pemimpin merupakan sesuatu yang mendatangkan sukacita. Tetapi jika orang-orangnya itu rewel dan banyak tingkah serta dingin dan tidak mempunyai pengabdian, tugas sebagai pemimpin merupakan beban yang membosankan.

Suatu pertanyaan yang melintas dipikiran saya, ketika seseorang itu ingin menjadi seorang pemimpin atau ada hal yang mendong untuk menjadi seorang pemimpin di tengang-tengah sekelompok orang ataupun masyarakat. Apa yang membuat sehingga seseorang dapat menjadi pemimpin yang bermotivasi? Apa yang dimiliki beberapa pemimpin yang dapat membangkitkan gairah orang-orangnya untuk pekerjaan yang diberikan Allah kepada mereka? mengapa ada pemimpin yang dapat membangkitkan semangat juang dan pengabdian yang tinggi di dalam diri orang-orangnya? Saya percaya bahwa hal itu dapat diraih dan dapat dilaksanakan pada tahap kepemimpinan yang manapun. Di rumah, di dalam bisnis, di dalam masyarkat, dan di dalam gereja.

1. Mau mengalami Proses (Setia) 

Menjadi anak kesayangan ayahnya, bukan saja membuat dia diperlakukan berbeda dari kakak-kakaknya tapi juga membuat Yusuf menjadi seorang yang tidak mau tahu dengan keadaan dan perasaan keluarganya. Itu sebabnya ketika TUHAN memilih dan menetapkan panggilan serta rencana-NYA bagi hidup Yusuf, si Pemimpi itu, TUHAN perlu membentuk hidup Yusuf lewat satu proses perjalanan yang sungguh tidak mudah. Meski demikian, tujuan-NYA semata adalah agar "berlian" bernama Yusuf ini makin berkilau. Ya, tujuan-NYA adalah agar semua rencana dan impian TUHAN atas hidup Yusuf dapat terlaksana menjadi nyata.

TUHAN tidak pernah salah ketika memilih seseorang. Yusuf pun benar-benar menunjukkan sebuah kualitas hati yang menakjubkan. Ketika perjalanan penggenapan janji dan mimpi TUHAN terhadap hidupnya membawa Yusuf terhempas ke dalam sumur kering, Tuhan menemukan di dalam diri Yusuf sebuah hati yang tetap benar, tanpa kebencian, dan kepahitan. Walau Yusuf terpaksa mengenakan jubah seorang budak karena dijual oleh saudara-saudaranya sendiri, hati Yusuf tetap memikat dan memukau. Tidak ada persungutan yang mekar dan benih dendam yang tumbuh. Kekecewaan dan sakit hati pun tidak dibiarkan bersemai di tanah hatinya, yang bisa menggerogoti kehidupannya dari dalam. Dan lihatlah, TUHAN menyertai dan membuat apa saja yang dikerjakannya berhasil.

Walau fitnah yang keji menghunjam tajam pada diri Yusuf karena menolak dan lari dari rayuan maut nan menggiurkan dari Tante Potifar, hati Yusuf mengerti bagaimana menjaga perkara- perkara yang kudus dan berharga di hadapan TUHAN. Walaupun Yusuf harus tercampak di lantai kering penjara yang pengap dan tanpa tahu kapan ia dapat menghirup udara bebas lagi. 


Hati Yusuf mengerti dan tunduk kepada persiapan dan kairos TUHAN. Konsistensi Yusuf untuk menjaga hatinya dalam setiap fase perjalanan hidupnya hingga janji dan mimpi TUHAN dapattergenapi dalam hidupnya sungguh mengagumkan. Hal itulah yang memunculkan daya ubah yang powerful dan mendewasakan kehidupan.

"Yusuf adalah seperti pohon buah-buahan yang muda, pohon buah-buahan yang muda pada mata air. Dahan-dahannya naik mengatasi tembok. Walaupun pemanah-pemanah telah mengusiknya, memanahnya dan menyerbunya," (Kej. 49:22-23)

Jadilah penjaga hati yang konsisten seperti Yusuf. Jangan mudah "banting setir". Tetaplah fokus pada janji dan hati TUHAN dalam diri kita! Pagi ini, ingin kuangkat cangkir kopi ini buat Yusuf. Serta izinkan kusodorkan secangkir kopi lagi buat pembaca. Siapa tahu itu dapat membuat kita tetap focus on GOD! Ya semoga, sampai kita nanti melihat dan menyaksikan mimpi TUHAN digenapi dan menjadi nyata dalam hidup kita.

2. Bertanggung jawab

Pada musim panas 1979, National Aeronautics and Space Administration atau NASA menghadapi satu masalah. NASA dianggap bertanggung jawab untuk sesuatu yang sulit dikendalikan: jatuhnya Skylab atau Laboratorium Ruang Angkasa. NASA telah membangun sebuah Laboratorium Ruang Angkasa. membanggakannya, dan meluncurkannya, dan sekarang Skylab tersebui mengalami kesulitan. Berton-ton logam yang telah mengelilingi bumi akan segera jatuh. Tetapi di mana? Di atas kepala seseorang? Di atas kuda seseorang? Di atas rumah seseorang? Tidak ada yang tahu. Maka dunia dan NASA menunggu.

Bagi beberapa orang, bayangan bahwa sebongkah logam, yang tingginya sembilan susun dan beratnya 77,5 ton, menabrak bumi disambut dengan humor dan lelucon ringan. Ada orang yang diberi julukan Ayam-ayam Kecil berseru-seru: "Laboratorium Ruang Angkasa jatuh! Laboratorium Ruang Angkasa jatuh!" Ada yang menyelenggarakan pesta-pesta dengan para mengenakan bulu dan paruh ayam. Ada orang yang mengenakan kaos oblong dengan gambar sebuah mata kerbau dan kata-kata, "Saya adalah sasaran resmi Laboratorium Ruang Angkasa."

Tetapi ada juga sisi seriusnya. Banyak orang merasa dirinya berada di bawah belas kasihan sebuah kekuatan yang tidak dapat dikendalikan oleh siapa pun. Ada orang yang merasa takut. Ada yang marah. Ada yang lain lagi vang mulai kecewa karena orang yang bertanggung jawab mencuci tangan dan membiarkan saja hal itu. Mereka mengeluh bahwa NASA seharusnya sudah memikirkan bagaimana akhirnya Laboratorium Ruang Angkasa tersebut dan membuat rencana yang tepat untuk mendaratkan Laboratorium Ruang Angkasa kembali dengan selamat.

NASA menegaskan bahwa walaupun ada beberapa kemungkinan, mereka tidak dapat meramalkan dengan tepat di mana Skylab tersebut akan jatuh. Walaupun memang NASAlah yang mengorbitkan Laboratorium Ruang Angkasa itu, mereka tidak merasa bertanggung jawab untuk menentukan di mana Skylab tersebut akan mendarat.

Marilah kita memikirkan sebentar bagaimana peristiwa itu berhubungan dengan motivasi dan semangat juang. Jika sekelompok orang merasa bahwa pemimpin mereka tidak melaksanakan tugasnya dengan baik tidak sepenuhnya merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam usaha tersebut maka para anggotanya sering menjadi kecewa sinis atau takut. Kalau mereka merasa semakin tidak puas dengan kepemimpinannya maka motivasi dan semangat juang mereka akan menurun.

Sebuah peristiwa yang terjadi pada sebuah perusahaan Amerika secara dramatis menggambarkan kebenaran ini. Bagian administrasi sedang dilanda kekacauan dalam masalah kepegawaian, dan pemimpinnya dengan tegas menolak untuk menyelesaikannya. Dengan tindakannya itu ia menyatakan kepada para atasan bahwa ia tidak merasa bertanggung jawab atas terjadinya masalah tersebut, ia tidak juga berminat memimpin bawahannya menyelesaikannya. Orang-orang yang paling dekat dengan dia menjadi frustasi, marah dan putus asa. Akhirnya, mereka menghadapi orang tersebut dan berkata kepadanya bahwa karena kegagalannya dalam memimpin, mereka minta berhenti. Setelah diskusi Panjang dan panas, pemimpin tersebut disadarkan, dan berjanji akan melakukan semua yang ada dalam kekuasaannya untuk menyelesaikan keadaan tersebut. Dan ketika pemimpin tesebut menerima tanggung jawabnya, orang-orang dapat bersatu dengan dia dan sebagai satu tim mulai besama.

3. Menjadi Teladan

Dalam ceritanya Leroy Eims dimana dia membeli sebuah gergaji. Dia berharap akan dapat menggunakannya untuk memotong dahan dan batuk-balok untuk kayu bakar di perapian. Ketika membawanya pulang, ia membawanya ke garasi lalu mengeluarkannya dari kotaknya, dan mencoba memasangnya. Dia membaca aluran pakainya dengan hati-hati. Seharusnya cara memasang gergaji tersebut cukup sederhana, tetapi semakin dia membacanya semakin menjadi kuatir dan bingung Pedoman yang menerangkan cara pemasangan gergaji itu mengacu kepada benda-benda seperti rumah, papan penunjuk jalan, tombol kunci, hidung, dan sebagainya. Dia tidak dapat memahami bagaimana cara memasangnya. Leroy Eims adalah Presiden Navigator ke-3 setelah Lorne Sanny.

Beberapa hari kemudian gergaji yang dulu tidak dapat pasang memasang masih ada di dalam kotaknya masih terpisah-pisah dan tidak dapat digunakan. Sekarang suhu sudah turun sampai satu derajat Celcius di bawah nol salju pun sudah mulai turun, dan ia sungguh ingin menggunakan perapian tersebut. Tetapi karena tidak dapat memahami petunjuk bagaimana cara memasang gergaji itu, ia tidak dapat berbuat apa-apa.

Korps Angkatan Laut Amerika Serikat memiliki sebuah sistem yang lebih baik daripada sekadar petunjuk tertulis saja. Pada tahun 1943, Leroy mendaftarkan diri masuk korps Angkatan Laut dan pergi ke tempat latihan bagi calon-calon pelaut di San Diego. Setelah pemotongan rambut, urusan pakaian, dan beberapa hari lari dan senam, ia diberi sebuah senapan. Ia sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang senjata api, tetapi ia mengetahui bahwa korps Angkatan Laut akan segera mengajar untuk menembak dengan cukup tepat. Pada waktu itu Leroy berusia 18 tahun dan menganggap bahwa semua hal itu sangat menyenangkan.

Namun demikian, pada suatu pagi saat instruktur latihan mereka mengumumkan bahwa mereka akan belajar untuk membongkar senapan, ia merasa takut. Membayangkan membongkar senapan itu, dan mencoba memasangnya kembali nampak terlalu rumit bagi akalnya yang kurang begitu mengetahui tentang mesin. Bersama-sama dengan yang lain, ia mulai membuka sekrup-sekrup dan melepaskan ini dan itu, sampai di hadapannya terkumpul setumpukan baut, sekrup, pegas, dan berbagai potongan logam yang berbentuk aneh. Instruktur latihan tersebut sangat sabar dan menerangkan dengan sangat jelas. Dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan hati hati, ia memimpin dalam latihan itu.

Ia memberitahukan kepada mereka nama dari setiap potong itu, dan menunjukkan kepada mereka di mana letaknya. Ia sangat jelas dalam memberikan keterangannya, sehingga tidak ada lagi yang perlu tanyakan. Ia berulang-ulang memimpin mereka sepanjang proyek tersebut. Walaupun sebagian besar yang lain dapat memasangnya dengan agak cepat, Leroy belum dapat. Ia mulai agak putus asa dan mulai berpikir mungkin tidak akan lulus sebagai anggota Angkatan Laut.

Tetapi instruktur itu terus mengajarkannya kepadanya, dan ia juga terus belajar setelah diadakan demonstrasi dan penjelasan yang terinci dan selangkah demi selangkah, Leroy mulai dapat menangkapnya. Segera ia dapat membongkar M1 tersebut secepat yang lain. Mereka bertanding siapa yang dapat memasangnya kembali paling cepat, dan ia hampir menjadi yang tercepat. Leroy berbesar hati. Ia telah menguasai bagaimana melakukannya.

Lalu tibalah saat yang mengejutkan. Karena mungkin akan tiba saatnya di mana mereka perlu membongkar senapan pada malam hari tanpa lampu, mereka akan berlomba untuk memasangnya, dengan mata tertutup. Namun pada saat itu Leroy siap untuk itu. Ia bahkan berharap untuk menang. Ia senang dan bersemangat sekali. Gilirannya tiba dan ia mengerjakannya dengan penuh keyakinan dan dengan bergairah. Walaupun ia tidak menang, ia mengerjakannya dengan sangat baik.

Apa perbedaannya antara kegagalan dengan gergaji dan keberhasilan dengan senapan M1? Tentu saja bukan soal berapa rumitnya masalahnya. Perbedaannya terletak pada sentuhan pribadi. Dalam hal gergaji ia hanya memiliki serangkaian petunjuk. Dalam hal pistol Leroy mempunyai seorang pemimpin yang penuh perhatian yang berniat untuk mengajarnya sesuatu yang pada suatu hari mungkin akan menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran.

Di situ ia mempunyai seseorang yang siap menolongnya menjelaskan dan mendemonstrasikan prosedurnya sedemikian rupi sehingga ia dapat menangkapnya. Tepatnya itulah yang diperlukan umat Allah untuk belajar hidup sebagai seorang murid Kristus ia memerlukan seseorang yang menyertainya untuk mendemonstrasikan menolongnya.

Bukan hanya orang Kristen baru yang memerlukan teladan untuk diikuti. Semua orang Kristen perlu teladan yang terus-menents agar dapat hidup. Itulah tepatnya apa yang dilakukan Tuhan Yesus bagi kita.

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (I Petrus 2:21).

Jika seorang pemimpin memberi teladan yang sama seperti yang dilakukan Kristus, ia akan dikasihi dan dihormati. 

Posting Komentar untuk "Renungan Harian - Kualitas Hati Seorang Pemimpin"