Khotbah Terbaru Tahun 2023 - Jangan Melupakan Tuhan Dalam Perencanaan
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. (Yakobus. 4:13-17 ITB)
Dalam menjalani kehidupan kita sering membuat perencanaan mengenai
hal-hal yang akan kita lakukan ke depan, yang tak jarang menimbulkan
pertanyaan dalam diri kita, apakah rencana yang kita buat ini sesuai dengan
kehendak-Nya Tuhan? Apa betul rencana-rencana ini untuk kemuliaan Tuhan? Atau
malah sebaliknya? Menjadi kepentingan diri saya sendiri dan dunia ini? Memang
membutuhkan perenungan dalam diri kita dengan Tuhan untuk mengetahui akan hal
ini.
Perikop ini berbicara mengenai suatu perencanaan yang pada umumnya
dibuat oleh seseorang dalam menjalani kehidupannya, karena setiap orang ingin
berhasil dan jauh dari kegagalan. Manusia juga tidak bergerak dengan insting,
namun akal budi dan pikiran sehingga membutuhkan perencanaan hidup. Oleh karena
itu secara praktis bagian ini sangat penting dalam kehidupan kita sebagai orang
percaya, sekaligus mengingatkan kita tentang apa yang sebenarnya sudah kita
ketahui namun sering sekali kita lupakan dan abaikan, yaitu bahwa hidup kita
ini tidak sepenuhnya berada di dalam kontrol kita, di dalam kekuasaan kita,
khususnya masa depan.
Di ayat 17, kalau kita perhatikan, apakah ada yang salah dalam
diri orang ini yang membuat perencanaan? Orang itu membuat pernyataan bahwa dia
mampu melakukan yang telah dia rencanakan. Sebenarnya apakah orang itu sadar
kalau manusia itu sebenarnya punya keterbatasan dan tidak tahu apa yang akan
terjadi dihari esok. Di sini kita tahu bahwa orang yang membuat perencanaan ini
tidak melibatkan Tuhan dalam rencana. “kami berangkat ke kota anu, dan di sana
kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”. Dalam
pernyataan ini kalau kita perhatikan bahwa orang ini ketika dia membuat suatu
rencana itu berpusat pada dirinya sendiri dan hasilnya untuk dirinya sendiri.
Dengan perencanaan yang baik dan matang langkah hidup seseorang
akan semakin teratur dan makin terarah kepada suatu sasaran yang hendak dituju.
Hidup yang terencana adalah bukti bahwa seseorang sangat menghargai waktu dan
semua potensi yang Tuhan berikan. Sebuah perencanaan hidup akan semakin
sempurna apabila Tuhan terlibat di dalamnya. Yakobus mengingatkan agar jangan
pernah kita melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup.
Apa yang akan terjadi ketika Tuhan tidak dilibatkan dalam suatu perencanaan?
Rencana Kehidupan Kita
akan sia-sia. Ay. 14b.
Tuhan tidak melarang ketika kita membuat suatu perencanaan, malah
itu lebih bagus membuat perencaan jauh-jauh hari. Namun dalam diri sesorang
timbul kesombongan ketika mempunyai penggalaman berdagang yang selalu berhasil,
jadi apapun yang direncakana pasti munurutnya itu akan berhasil. Penggalaman
itu membuat diri seseorang semakin angkuh atau sombong dan tidak lagi
melibatkan Tuhan dalam rencananya. Kesombongan dari para pedagang ini meliputi
tiga bagian yakni: pertama, akan kehidupan: “hari ini, besok dan setahun,”
kedua akan pilihan: “hari ini atau besok kita akan pergi…tinggal
setahun…berdagang.” Kata “atau” ini menggambarkan bahwa apa yang direncanakan
dapat dilaksanakan hari ini ataupun hari esok. Menunjukkan kesombongan dalam
kebebasan mereka atas pilihan hidup. Dan ketiga akan kemampuan: “berdagang dan
mendapat untung”. Selain itu kesombongan ini juga didorong dengan kecintaan
akan dunia ini yang memotivasi seseorang hingga tidak memikirkan Allah di dalam
perencanaan (Filipi 3:19; 2 Petrus 2:14).
Apa sebenarnya yang menjadi masalah dalam hal ini? Mereka adalah
orang Kristen, mengapa mereka tidak mengingat Tuhan dalam membuat rencana hidup
mereka? Ternyata ini adalah masalah mengenai Knowing God, pengenalan akan Tuhan
yang merupakan sebuah misteri yang sangat sulit dipahami oleh kita manusia
bahkan sampai saat ini kita yang hidup di era modern, anggota jemaat termasuk
para majelis yang sudah melayani di gereja juga sulit memahami ini. Yang
terjadi adalah mereka merasa dan berasumsi sudah mengenal Tuhan karena mereka
memiliki tingkah laku rohani yang sudah mereka lakukan misal kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pelayanan di gereja.
Apa yang dapat kita pelajari dari bagian ini? Teryata manusia
sagat sulit sekali untuk mempercayakan diri kepada Tuhan, termasuk bagi
orang-orang yang sudah menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan dan konselor
Kristen. Tapi kita sendiri tetap waspada dan sulit konsisten dengan itu, kita
masih sering membuat rencana-rencana sendiri. Dan bahkan secara psikologis kita
sering mencari dukungan dari Firman Tuhan yang memang mendukung. Rencana kita
itu sendiri seringkali memakai sarana melayani Tuhan. Misalnya saja seseorang
menyadari bahwa dalam profesi yang lain dia kurang mampu atau tidak akan
menjadi pusat perhatian, namun sebagai hamba Tuhan ia setiap minggu didengarkan
oleh siapapun, orang sekaya dan terhormat sekalipun mendengarkan dia. Sering
sekali kita tidak menyadari bukan bahwa motivasi yang ada dalam diri kita
sungguh tidak murni.
Jadi, apa yang harus kita lakukan untuk membuat rencana kita? Kita
harus jujur di hadapan Tuhan bahwa sering sekali motivasi kita salah dalam
membuat rencana baik dalam melayani Tuhan, pekerjaan, berbisnis dan lain
sebagainya. Sering sekali kita memasukkan agenda pribadi kita tidak meminta
tuntunan Tuhan dan mengganggap diri sudah tahu.
Sebagai orang percaya, kita perlu mengikutsertakan Yesus dalam membuat perencanaan bagi hidup kita, karena Dialah yang memiliki hidup ini. Yakobus menanyakan "apakah arti hidup kita? Hidup ini seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ay. 14)." Dengan kata lain Yakobus ingin mengatakan bahwa hidup ini sangat singkat, dan kita tidak tahu atau tidak bisa memprediksi kapan akhir hidup tiap-tiap orang, ini adalah rahasia Allah. Oleh sebab itu, dalam setiap perencanaan yang kita buat, jangan lupa untuk mengikutsertakan Yesus sebagai Allah kita, agar rencana yang kita buat berkenan bagi-Nya.
Masih mempertimbangkan
Tuhan sebagai solusi untuk masalah perencanaan. Ay. 15.
Kata “Jika Tuhan berkehendak” seperti yang kita kenal terutama di
doa Bapa Kami (Mat. 6:10). Yesus Kristus telah memberikan contoh kepada kita
ketika melakukan segala sesuatu awalilah dengan Tuhan dan utamakan rencana itu
apakah sesuai dengan rencana Tuhan atau tidak. Yakobus mengingatkan kembali
bahwa kembali kepada kehendak Allah karena Dia tahu mana yang terbaik untuk
kita, seperti dalam Yeremia 29:11 “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan
apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari
depan yang penuh harapan. Semua rencana yang Tuhan kita libatkan akan mendapat
damai sejahtera.
Yakobus mengajarkan bagaimana kita harus membuat perencanaan dalam
hidup dengan mengatakan "Jika Tuhan menghendaki, dan jika kita masih
hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu." Kata-kata ini tidak boleh
diartikan bahwa kita hanya berpangku tangan saja tanpa mengerjakan atau
merencanakan sesuatu. Kata "akan" merupakan kata yang mengacu pada
sesuatu yang akan datang atau dalam konteks ini perencanaan. Penekanan Yakobus
disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih
memiliki kesempatan untuk hidup. Dalam pengertian lain, kita harus mengisi
hidup kita dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan, bukan mengikuti keinginan
kita sendiri.
Yakobus mengatakan bahwa seseorang dapat memiliki rencana dalam
kehidupannya, namun sesungguhnya rencana yang terbaik itu adalah rencana Tuhan.
Segala rencana menjadi sia-sia ketika kita tidak melibatkan Tuhan dalam rencana
kita. Oleh karena itu sudah seharusnyalah kita berkata “Jika Tuhan
menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu”. Kita boleh saja
memiliki rencana yang luar biasa, tapi kembali lagi, serahkanlah rencana kita
itu ke dalam tangan Tuhan, dan berdoalah “Jika Tuhan menghendaki, saya akan
melakukan rencana saya yaitu ini dan itu”. Ketika kita tidak melibatkan Tuhan
dalam rencana kita, sesungguhnya kita telah bersikap congkak dan sombong. Bukankah
hidup kita hanya sebentar saja? Jika dibanding dengan kekekalan, hidup kita di
dunia ini hanya sebentar, bahkan Yakobus mengibaratkan hidup kita di dunia ini
sebagai uap yang hanya kelihatan sebentar lalu langsung lenyap.
Kita sebagai orang percaya jangan kita meragunan lagi kuasa Tuhan, kita serahkan semua kepada-Nya rencana kita bahwa rencanan-Nya yang terbaik bagi kita. Rencana Tuhan mungkin akan membawa kita keluar dari zona nyaman kita. Rencana Tuhan mungkin akan membuat kita harus berkorban banyak, tapi saya yakin bahwa rencana Tuhan itu selalu memiliki akhir yang indah. Saat ini kita tidak mengerti apa rencana Tuhan, tetapi pada saatnya nanti kita akan mengerti. Mari kita sama-sama belajar dari Tuhan Yesus, yang berkata kepada Bapa “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki”.
Libatkan Tuhan dalam
setiap rencana supaya tidak salah melangkah. Ay.16-17.
Kecongkakan dan kebanggaan yang duniawi inilah yang dikutuk oleh
Yakobus dalam bagian ini. Semua kemegahan yang demikian adalah jahat,
kesimpulan Yakobus “salah” adalah sebuah kata yang keras, Yakobus tidak
memberikan penjelasan untuk kata tersebut: dia hanya menulis salah. Ada
kata-kata keras lain. yang bisa dipakai oleh Yakobus, namun ia memilih
untuk menggunakan kata ini. Bermegah bagi Yakobus bukanlah persoalan kecil
bahwa ini menuju kepada keberdosaan. Dosa yang diekspos oleh Yakobus bukan
sekedar dosa kelalaian (lupa untuk menyadari pemerintahan Allah di dalam
kehidupan mereka); tapi dosa yang disadari yang dimana mereka bermegah dalam
kemampuan diri mereka sendiri.
Ketika manusia sudah berada pada puncak kesuksesannya, ia
cenderung mengaggap segala sesuatu itu mudah di dapat dan mudah di kerjakan.
Apalagi hidup yang bergelimang harta, lebih mudah untuk membuat
perencanaan-perencanaan yang besar dan sangat menguntungkan bagi-nya. Bukan
hanya dalam hal duniawi, dalam hal rohani pun manusia dapat dengan mudah
membuat rencana jika ada sokongan materi yang kuat. Tetapi Yakobus
mengingatkan, jangan bermegah dalam kecongkakan. Semua kemegahan yang membawa
manusia menjadi sombong adalah salah. Membuat perencanaan yang baik memerlukan
kerendahan hati di hadapan Tuhan, karena kita adalah hamba-Nya yang
merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk mensukseskan
rencana-Nya yang kekal bagi hidup kita.
Yakobus menegaskan kembali ketika memahami kebenaran namun tidak
melakukannya adalah dosa. Jika kita tahu sesuatu yang baik yang harus kita
kerjakan, maka kita harus mengerjakannya dengan tulus dan tidak menghindarinya.
Peduli dengan semua disekeliling kita, bahkan merencanakan dan melakukan segala
yang baik di hadapan Tuhan dengan tulus, bukan membiarkan atau menghindarinya,
karena jika demikian kita akan berdosa.
Dapat disimpulkan bahwa Yakobus menuliskan nasehat ini untuk
memperingatkan praktek umum para pedagang yang mengira mereka mampu mengatur
sendiri jalannya kehidupan mereka, dengan menunjukkan bahwa hidup mereka sangat
singkat dan tidak berdaya. Mengingat bahwa mereka adalah orang yang sudah
percaya kepada Allah yang berdaulat penuh dalam dunia ini, Yakobus menegaskan
bahwa sikap yang demikian adalah dosa.
Kita perlu melibatkan Allah yang tidak terbatas di dalam seluruh
aspek hidup kita. Tujuannya bukan mengejar target-target pribadi, melainkan
untuk menikmati hidup bersama Pencipta kita. Kita juga perlu mengomunikasikan
hal-hal yang kita rencanakan. Komunikasi kita lakukan dengan bertanya kepada
Allah dan terbuka menerima semua kemungkinan jawaban dari-Nya atas segala
pergumulan hidup kita.
Dalam mengawalai tahun baru ini, sangat baik membuat perencanaan
yang akan menolong hidup kita lebih terarah dan teratur. Tetapi jangan
melupakan prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh Yakobus kepada kita
untuk tidak mengandalakan kemampuan sendiri, berserah pada kehendak
Tuhan, jangan congkak dan perduli pada pekerjaan baik. Karena itu, libatkanlah
TUHAN dalam setiap rancangan dan rencana kita baik pribadi, keluarga dan Gereja
agar TUHAN menolong dan menopang serta membimbing kita untuk
mewujudnyatakannya.
Tuhan
Yesus Memberkati.
Posting Komentar untuk "Khotbah Terbaru Tahun 2023 - Jangan Melupakan Tuhan Dalam Perencanaan"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.