Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Khotbah Akhir Bulan - MENGENAL KEBOHONGAN DIRI SENDIRI

Khotbah Topikal Akhir Bulan MENGENAL KEBOHONGAN DIRI SENDIRI


MENGENAL KEBOHONGAN DIRI SENDIRI

YAKOBUS 1:22-24 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu  menipu diri sendiri.

INTRODUKSI

Manusia menipu diri sendiri untuk memudahkan kehidupannya saat ini, sekalipun di penghujung usianya ia harus membayar harga yang sangat mahal.

Melupakan hukuman Allah dikemudian hari akan berakibat jauh lebih parah dari menyapu semua sampah yang penuh kuman ke bawah karpet rumah dengan harapan tidak akan kena penyakit. Melupakan hukuman Allah dikemudian hari akan berakibat  jauh lebih parah dari  seekor  burung unta yang menanamkan kepalanya ke dalam pasir, sedangkan tubuhnya yang gede bisa dilihat oleh singa-singa yang berkeliaran.

Melupakan hukuman Allah di kemudian hari akan berakibat jauh lebih parah dari belanja memakai kartu kredit sepuas-sepuasnya sehingga pada waktu tagihan tiba orang tidak sanggup membayarnya dan harus berurusan dengan pihak berwajib. Melupakan hukuman Allah dikemudian hari akan berakibat jauh lebih parah dari memelihara binatang-binatang berbisa di dalam rumah dengan harapan binatang-binatang ini tidak akan berbuat jahat karena setiap hari telah dipelihara dan diberi makan dengan cukup dan baik.

Kebohongan-kebohongan yang bodoh seperti inilah yang mengisi pikiran manusia sehingga orang tidak segan-segan berbuat dosa. Jika satu hari orang melakukan satu dosa, 10 tahun hitung berapa jumlah dosa yang telah dilakukan! Semuanya tersimpan disuatu tempat yang bernama “Gudang Penyimpanan Dosa Pribadi”

Biasanya manusia hanya bisa mengingat sebagian kecil dari  semua dosa yang pernah mereka perbuat. Parahnya lagi ada yang hanya ingat  dosa yang dilakukan hari ini, dosa selama sepuluh tahun yang telah dilakukan menumpuk setinggi langit sama sekali tidak bisa diingatnya karena memang tidak tampak. 

Seperti itulah  realitas dosa, ia beranak cucu, bertumpuk-tumpuk, berlapis-lapis tetapi manusia tetap tidak sadar dan terus saja menambah dosa hari lepas hari. Ketika pada akhirnya “Gudang Penyimpanan Dosa Pribadi” dibuka dan ia menemukan dosanya telah begitu besar dan banyak jumlahnya, ia  menjadi sangat heran, kaget dan terkejut. Karena dosa bukan seperti angin yang meniup debu kemudian hilang entah kemana, melainkan dosa adalah seperti orang yang menabung, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.

Oleh sebab itu marilah setiap hari kita berhenti berbuat dosa yang kelihatan sekecil apapun, karena dosa pada akhirnya akan menjerat putus leher yang terbuat dari tembaga sekalipun! Marilah kita berhenti membohongi diri sendiri!

 

Apa Kebohongan Diri Sendiri Yang Masih Belum Kita kenal? 

1.    AKU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS DOSA-DOSAKU.

Yehezkiel 18:20 Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

Setiap orang bertanggung jawab atas dosa yang telah ia lakukan. Percuma saja kalau ia hendak mengelak dan melemparkan kesalahan kepada orang lain. Allah sama sekali tidak bisa dipermainkan!

Dosa bisa lahir dari pikiran, perkataan, tindakan, kelalaian, sifat-sifat yang buruk dan lain-lain. Ada miliaran manusia di masa lalu yang pernah hidup dibumi ini dan yang sekarang sudah kembali kepada Allah Pencipta. Juga ada miliaran orang yang sedang hidup saat ini dan termasuk mereka yang akan lahir dan hidup dimasa yang akan datang, namun dalam kebesaran dan kekudusan Allah, tidak ada satu perbuatan baik atau jahat yang dilakukan manusia yang luput dari pendanganNya.

Allah sebagai Penguasa langit  dan bumi sama sekali tidak kekurangan “karyawan” untuk mencatat segala perbuatan dan sepak terjang manusia.

Kalau kita dibesarkan oleh seorang ibu yang sangat perhitungan dalam hal keuangan sehingga ia cendrung memiliki sifat yang kikir, maka kelak jika kita memilih untuk menjadi orang kikir seperti ibu kita  sehingga tidak pernah mau menunjukkan kemurahan hati, maka kelak kita tidak bisa menyalahkan dan melemparkan kesalahan  kepada sang ibu,  sebab ia sendiri harus  bertanggungjawab atas kekikirannya dan kita juga harus bertanggungjawab atas kekikiran diri kita sendiri. 

Setiap kita diberi hak memilih untuk menjadi orang yang murah hati atau orang yang kikir. Keputusan ada di tangan kita bukan di tangan siapapun, bahkan ibu yang telah membesarkan dan yang telah banyak berkorban bagi kita. 

Kita bertanggungjawab atas semua sifat baik dan jahat yang ada pada kita. Memang ketika masih kecil kita berada di bawah pemeliharaan dan asuhannya. Kita tidak berdaya, tetapi setelah kita mengenal firman Allah kita dituntut hidup sesuai dengan firmanNya  bukan menjiplak sifat orang lain yang tidak baik dan berdosa, sekalipun ia ibu kita sendiri.

2.    AKU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS PERCERAIANKU

Siapakah yang menjalankan roda pernikahan saudara setiap hari? Bukankah saudara sendiri? Kalau setiap hari sdr berpikir tidak baik, berkata-kata tidak baik dan berbuat tidak baik terhadap pasangan sdr sehingga pernikahan sdr banyak masalah, masuk akalkah apabila saudara mempersalahkan orang lain? Sedangkah yang merusak pernikahan sdr adalah diri saudara sendiri? Baik dan buruk jalannya roda pernikahan, orang itulah  yang menentukan bukan orang lain. 

Jangan pernah berpikir mertua, ipar, pendeta, WIL, PIL  atau siapapun yang menjadi penyebab perceraian atau ketidakharmonisan pernikahan Saudara. Seringkali mereka bukanlah pemicu yang sebenarnya. Pemicu yang sebenarnya adalah sifat dan karakter kita yang cacat. Kita kehilangan fokus, kehilangan rasa tanggungjawab, kesabaran, kesetiaan, ketulusan, kebaikan dst.

Pernikahan bahagia hanya dapat lahir dari dua pribadi yang bahagia karena mereka tahu bagaimana cara membahagiakan diri mereka masing-masing. Mereka adalah orang-orang yang sudah bahagia  jauh sebelum mereka masuk dalam rumah nikah. 

Bila ada orang berkata: “Saya akan berbahagia setelah saya menikah” , kemungkinan besar ia akan menemukan dirinya terdampar di lembah kesedihan yang sangat dalam. Tetapi jika seorang pria dan wanita yang dalam kondisi single sudah mengalami kebahagiaan dalam kesendiriannya, kemungkinan besar ia akan hidup bahagia setelah menikah karena ia menyadari bukan pernikahan  yang akan membuat ia bahagia melainkan dirinya sendiri.

Jika orang tidak sanggup membahagiakan dirinya sendiri jangan harap ada orang lain yang bisa, siapapun orang itu! Pernikahan adalah tanggungjawab dua pribadi yang telah membuat komitmen untuk memulai dan mengakhiri perjodohan sampai pada nafas yang terakhir. Komitmen orang percaya dibuat dihadapan Allah sebab itu kedua orang tersebutlah yang akan “dicari” Allah bukan orang lain. 

3.    AKU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB MEMBERI MEREKA MAKAN. 

I Timotius 5:8 Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seiisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman. 

Tanggungjawab adalah kualitas yang hanya ada pada orang yang berpikir panjang dan berbelas kasihan. Di dunia ini sudah terlalu banyak orang yang berpikiran pendek  yang mengakibatkan penderitaan yang luar biasa bagi mahkluk-makhluk yang tidak bersalah. Hubungan dijalin secara sembrono kemudian lahir anak-anak di luar nikah dan ditelantarkan yang mengakibatkan penderitaan bukan hanya di dunia tetapi juga kemungkinan penderitaan di akhirat. 

Tidak kurang banyak pula ayah-ayah yang meninggalkan keluarga dan tidak mau bertanggungjawab memberi mereka makan. Perbuatan seperti ini disamakan dengan tindakan orang tidak beriman. Bahkan seekor binatangpun memiliki rasa sayang dan kasihan terhadap  anak-anak yang tidak berdaya sehingga mereka mati-matian mencari makan dan melindungi mereka, tetapi manusia bisa berlaku sangat kejam melebihi binatang.  

Firman Allah mengingatkan kepada setiap ayah dan ibu untuk memelihara sanak saudara dan seisi rumahnya sesuai dengan kesanggupan yang ada pada mereka bila tidak mau dimasukkan kedalam golongan orang yang tidak beriman. 

4.    AKU TIDAK BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEROHANIANKU.

Iblis berbisik dalam hati dan pikiranmu: “kalau engkau tidak punya waktu untuk membaca alkitab, berdoa dan ke gereja itu kan karena situasi kondisimu yang sibuk dan tidak memungkinkan. Itu sama sekali bukan salahmu! Allah ngerti kok!”

Pengkhotbah 7:29 Lihatlah, hanya ini yang kudapati; bahwa Allah telah menjadikan manusia yang jujur, tetapi mereka mencari banyak dalih. 

Hampir setiap orang yang sudah mengerti nilai Rupiah, akan sangat  hati-hati dan pandai menjaga uang yang ada pada mereka. Uang disimpan dan dikunci dalam laci, dalam brankas, dan juga dalam dompet masing-masing. Kalau uang itu hilang, orang pertama yang bertanggungjawab sebenarnya adalah si pemilik, bukan maling dan bukan kantong yang bocor. Uang bisa hilang karena lupa, ceroboh dsb.

Kalau kehilangan dompet atau uang yang bersifat fana saja kita yang harus bertanggungjawab, masuk akalkah jika kita mempersalahkan orang lain atas  kerohanian kita yang tidak bertumbuh? Kerohanian jauh lebih bernilai tinggi dan mahal harganya dari intan berlian atau apapun yang kita anggap sangat berharga. Sebab itu yang bertanggungjawab atas kerohanian setiap orang adalah orang itu sendiri.

Dengan adanya hamba-hamba Tuhan yang turut berpartisipasi, guru-guru agama, kakak-kakak rohani, bacaan-bacaan rohani di media, internet, Alkitab, dsb sesungguhnya kita tidak kekurangan bahan yang bisa dipakai untuk memperkuat kerohanian kita. 

Berhentilah melemparkan kesalahan kepada orang lain dan berhentilah membohongi diri sendiri. Kalau ayah saja tidak bertanggungjawab atas dosa anak apalagi pendeta, guru agama, kakak-kakak rohani dsb. 

5.    MEREKALAH YANG MEMBUAT AKU MISKIN DAN SERBA KEKURANGAN 

Kemiskinan dan kekurangan adalah hasil akhir dari berbagai-bagai campuran dari situasi dan kondisi yang ada pada seseorang. Setelah dewasa kitalah yang  menentukan sebagian besar dari jalan hidup kita, pekerjaan apa yang kita pilih, kiat-kiat apa yang kita pakai dalam bekerja untuk mendatangkan hasil, nilai-nilai rohani apa yang kita pegang, apa dan siapa sandaran hidup kita dst. Semuanya  itu yang akan memainkan peranan dan penentu berkat-berkat dan kekayaan yang akan mengalir dalam kehidupan kita. 

Amsal 10:4  Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya. Ada banyak ayat Firman Allah seperti ini yang selalu ingin menuntun kita untuk mensejahterakan hidup ini. Jadi berpalinglah kepada Allah dan akal sehat untuk hidup terhindar dari kemiskinan dan kekurangan. 

6.    MEREKA YANG MEMBUAT AKU SUSAH, SEDIH DAN SENGSARA” 

Tidak seorangpun atau apapun yang dapat memberi dan merampas kebahagiaan dan sukacita kita di dalam yesus tuhan selain diri kita sendiri. 

Sekali lagi penulis tekankan disini, jika kita tidak dapat membahagiakan hati kita sendiri dengan semua yang ada ataupun yang tidak ada pada diri kita, jangan harap orang lain akan bisa membahagiakan kita, siapapun dia.  Orang yang bahagia akan melahirkan pernikahan yang bahagia. Orang yang tidak bahagia akan melahirkan pernikahan yang tidak bahagia. Segala sesuatu yang ada pada seseorang akan diproyeksikan keluar, yang juga adalah cermin dari apa yang ada dalam diri orang itu. 

Seperti tidak ada yang bisa membahagiakan kita selain diri sendiri, begitu pula tidak ada seorangpun yang dapat merampas kebahagiaan kita selain diri kita sendiri.

Jadi marilah kita berhenti menipu diri sendiri dengan tidak mempersalahkan orang lain atas ketidakbahagiaan hidup kita. 

7.    ALLAH TIDAK DAPAT DIPERMAINKAN 

Siapkah dan sanggupkah saudara menghadap allah dengan cara berpikir yang membohongi diri seperti ini? 

Galatia 6:7 Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. 

Orang berhikmat adalah orang yang dapat meletakkan segala sesuatu pada tempat yang benar. Jika hidup kerohanian penting, letakkanlah ia di tempat yang penting. Hal-hal lain yang tidak penting taruh di tempat yang tidak penting sehingga kita tidak menjadi hamba dari situasi yang seringkali kita ciptakan sendiri.

Atas  semua masalah, penderitaan dan kesusahan saudara iblis akan senantiasa membisikkan dalam hati dan pikiran saudara untuk mempersalahkan semua orang di dunia ini kecuali  diri saudara sendiri. 

Meletakkan segala sesuatu ditempatnya juga berarti bertanggungjawab atas semua kesalahan, dosa, ketidakbahagiaan, ekonomi dan keuangan diri sendiri. 

8.    TANGGUNG JAWAB KEPADA ALLAH PENCIPTA

Ibrani 4:13 “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapanNya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab”

Dari sejak awal setiap orang harus sudah menyadari bahwa kita berasal dari Allah. Ia menempatkan kita di bumi bukan supaya kita jangan hanya bisa menghabiskan beras, air, gula, minyak dan semua sumber daya yang ada melainkan supaya kita mengembangkan kehidupan yang ada untuk memasuki kehidupan kekal selanjutnya.

Kita dituntut untuk menghasilkan buah dalam kehidupan kita dan salah satu yang menjadi penghambat penggenapan tujuan Alllah dalam hidup kita yakni dengan memelihara kebohongan demi kebohongan yang menipu diri sendiri. Semua kebohongan diri harus dibayar sangat mahal pada akhirnya!

9.    TANGGUNG JAWAB KEPADA ALLAH PENCIPTA 

I Petrus 4:5 Tetapi mereka harus memberi pertanggungan jawab kepada Dia, yang telah siap sedia menghakimi orang yang hidup dan yang mati. 

Sebagian besar manusia hidup sama sekali tidak peduli mau ada hakim atau tidak ada hakim  sehingga ia menjadi hakim atas hidupnya sendiri. Ia membuat aturan kehidupan bagi dirinya sendiri, ia bersandar pada kekuatan dirinya sendiri, ia sama sekali meniadakan Allah dan FirmanNya. Inilah bentuk-bentuk kebohongan yang akan mendatangkan hukuman yang mengerikan. 

 

Aplikasi.  

Wahyu 3:19 Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!

Berhentilah menipu diri sendiri, Mulai sekarang seriuslah melakukan firman Allah.

 

 

 


Posting Komentar untuk "Khotbah Akhir Bulan - MENGENAL KEBOHONGAN DIRI SENDIRI"