Khotbah Kristen - Respon kita terhadap panggilan Allah Kejadian 12:1-4
Respon kita terhadap panggilan Allah
Kejadian 12:1-4
PENDAHULUAN
Seorang ibu mempunyai 3 anak, namanya katakana saja A, B dan C. Ibu ini memanggil A untuk
membantu ibunya namun respon A tidak menjawab dan tidak melakukan apa-apa.
Kemudian ibu ini memenggil B, namun respon B menjawab siap bu. Setelah ibunya
menyuruh dia membantu pekerjaan ibunya kemudian pada akhirnya dia tidak
melakukan apa-apa serta diam di tempat. Kemudian ibu ini
memanggil C, anaknya yang C menjawab dengan lembut “iya ibu”, setelah itu
ibunya menyuruh dia untuk membantu pekerjaan ibunya, namun dia mengambil tindakkan serta melakukan dengan taat.
Seringkali kita juga sebagai anak A
disuruh untuk melakukan pekerjaan Tuhan, namun respon kita tidak menjawab dan
melakukan apa yang telah ditugaskan kepada kita. Kadang kita juga sebagai anak
B dan kita menjawab “siap”. Tetapi setelah dirusuh untuk melakukan pekerjaan
Tuhan namun pada akhirnya tidak melakukan apa-apa dan tidak mau melakukan
pekerjaan itu. Bagaimana sebenarnya respon atas setiap panggilan kita? Mari
kita belajar kepada toko Abraham.
Saudara, bagaimana respon kita terhadap panggilan Allah?
Respon kita adalah :
1. Kita harus taat terhadap panggilan
Allah (ay. 1,4)
“Pengertian taat” Taat adalah tindakan aktif untuk mengikuti atau menuruti suatu perintah. Istilah taat berarti mengikuti dan menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh saat kita mendapat perintah atau larangan untuk dihindari ataupun diikuti. Dalam konteks ini ketaatan Abraham sepenuhnya pada panggilan Allah untuk meninggalkan Ur-kasdim dan pergi ke negeri yang dijanjikan Tuhan.
Latar belakang Abraham
·
Meninggalkan
kenyamanan hidup.
Ur-Kasdim kota orang Khaldea, sebuah kota makmur yang
terletak di sebelah timur Sungai Efrat. Jadi, ia tidak dibesarkan sebagai
pengembara yang tinggal di tenda-tenda, tetapi sebagai anak kota yang tinggal
di tempat yang menawarkan banyak kemakmuran serta kenyamanan. Barang-barang
impor dapat dibeli di pasar-pasar Ur-Kasdim.
Ketika TUHAN
memerintahkan Abraham untuk pergi dari negerinya dan sanak saudaranya, Abraham
bukan sedang disuruh pergi dari “neraka dunia”, tetapi dia diminta pergi dari
sebuah kondisi dan situasi, yang dalam mata manusia, sudah baik yang
berkecukupan. Bagi saya ini janggal, saudara tahu ke mana Tuhan memerintahkan
Abraham pergi? Tuhan hanya mengatakan “ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu.” Wow, ini menarik! Abraham diminta pergi dari tempat yang sudah baik
ke tempat yang misterius. Saya ingin bertanya kepada saudara, seandainya
perintah ini datang kepada saudara hari ini, kira-kira bagaimana respon saudara?
Anda diminta pergi dari kehidupan yang sudah mampan ke tempat yang misterius.
Tetapi Abraham memutuskan untuk lebih mendengarkan dan percaya kepada suara
Tuhan, dan tanpa ada sedikit pun perlawanan, di (ay. 4) mengatakan, “Lalu
pergilah Abram, seperti yang difirmankan Tuhan kepadanya” Oh, respon Abraham
ini sangat memberkati saya.
·
Siap
meninggalkan keluarga
Alkitab memperkenalkan tokoh
Abram kepada kita di Kejadian 11:26, yang mengatakan, ”Terah terus hidup selama
tujuh puluh tahun, setelah itu ia memperanakkan Abram, Nahor dan Haran.” Abram
adalah keturunan Sem, pria yang takut akan Allah. (Kejadian 11:10-24) Menurut
Kejadian 11:31, Abram tinggal bersama keluarganya di “Ur-Kasdim kota orang
Khaldea”. Menurut beberapa kisah turun-temurun Yahudi, ayah Abram, Terah,
tadinya adalah pembuat dan penyembah patung berhala (Yosua 24:2, 14, 15). Setiap orang yang
mengikuti panggilan harus siap meninggalkan keluaraga seperti kata Yesus kepada
murid-murid-Nya (Luk 9:61-62).
Demikian dengan kita, apa respon kita ketika kita mendapat penggilan
dari Tuhan untuk menjadi saksi bagi Dia, apakah kita siap menjadi berkat bagi
orang lain dan siap menanggalkan apa yang sudah kita dapat, hanya untuk
melakukan kepentinggan Allah.? Ketika kita menjadi bagian dalam Tubuh Kristus
kita harus siap melakuan apa yang diperintahkan oleh Tuan kita bukan
setengah-setengah saja yang kita mau ketika kita mengikut Yesus. Bukan mengikuti
hanya menikmati berkat-Nya saja melainkan kita juga harus menganggalkan semua
yang kita miliki. “Kata-Nya kepada mereka semua:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul
salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Lukas. 9:23 ITB)
Saudara, bagaimana respon kita terhadap panggilan Allah?
Respon kita adalah :
2. Kita harus percaya janji-janji-Nya (ay.
2-3)
Janji
merupakan jaminan atas sebuah ungkapan tentang suatu pemberian.
-
Pengertian
janji
Janji adalah suatu pernyataan yang dapat dipercayai, sesuatu
yang dapat dipegang dengan penuh keyakinan. Seperti janji seorang ayah kepada
anak-anaknya, demikianlah janji Tuhan kepada Abraham.
-
Banyak
anak Tuhan saat ini yang sudah menerima banyak berkat baik
suka maupun duka, kesengaan dan penderitaan tetapi masalahnya adalah banyak
juga yang hanya menerima berkatnya saja tetapi ketika di suruh untuk menjadi
berkat bagi orang lain, memberi hidup sepenuhnya kepada Allah menjadi pelayan, namun pada akhirnya banyak yang
masih mikir-mikir, mundur, masih
mendoakan dan bahkan juga
bisa meninggalkan Tuhan,
Kenapa? Karena tidak memegang janji Tuhan dalam menghadapi sebuah proses dalam
hidupnya, tetapi Abraham dia memegang janji Tuhan yang telah Allah janjikan
kepada.
-
Kita
sebagai orang percaya, kita harus percaya akan janji Tuhan kepada kita yang
telah difirmankan-Nya kita (Fil. 4:19), kita tahu bahwa Allah kita tidak pernah berdusta tetapi Dialah Allah menempati janji-janji-Nya (Bil. 23:19).
Penerapan:
Ada dua hal yang kita pelajari hari ini untuk meresponi panggilan Allah. Yang pertama, kita harus taat terhadap panggilan-Nya. Yang kedua, kita harus mempercayai janji-janji-Nya.
Luar biasa jika panggilan Tuhan untuk setiap pribadi kita dapat kita respon serta taat melakukannya
BalasHapusTuhan memberkati🙏
Hapus