Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terang Allah yang Tidak Bisa Dipadamkan | Yohanes 1:5

 

Terang Allah yang Tidak Bisa Dipadamkan | Yohanes 1:5

Ilustrasi / Pendahuluan

Ada satu fakta menarik dalam dunia fisika: tidak ada yang namanya kegelapan secara hakiki. Kegelapan itu bukan zat. Kegelapan bukan “sesuatu” kegelapan hanyalah ketiadaan terang. Bahkan setitik cahaya kecil saja bisa memecah ruangan yang sangat gelap. Coba bayangkan kita masuk ke gudang tua jam 12 malam—gelap gulita. Tapi begitu kita nyalakan lampu dari HP, walaupun kecil banget, ruangan itu langsung kelihatan. Kegelapan tidak pernah punya kekuatan untuk menolak terang, terang selalu menang.

Dan inilah vibe Natal yang terlalu sering dilupakan orang. Natal bukan cuma “cute moment” bayi manis, kandang, dan lagu lembut. Natal adalah deklarasi perang supranatural, Allah menyatakan terang-Nya masuk ke dunia yang gelap oleh dosa. Dunia mencoba memadamkan terang itu. Herodes mencoba membunuh-Nya, Iblis mencobai-Nya, manusia menolak-Nya, bahkan salib menamatkan hidup-Nya—tapi plot twist surgawi justru menunjukkan seperti kata Yohanes:

“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” — Yohanes 1:5 (TB)

Yunani: “κα τ σκότος ατ ο κατέλαβεν” (kai to skotos auto ou katelaben) kata katelaben berarti: menang, menaklukkan, menguasai, memadamkan.

Boleh gelapnya segila apa, tapi Terang ilahi tetap tidak tertahan.

Dalam Perjanjian Lama, Allah sudah kasih spoiler: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.” Yesaya 60:1

Dan ketika para malaikat muncul kepada para gembala, Lukas menulis: “Kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka.” Lukas 2:9

Yesus datang bukan sekadar membawa terang Dia sendiri adalah Terang itu (Yohanes 8:12).

Dan berita Natal hari ini bukan cuma nostalgia… tapi kenyataan bahwa terang Kristus masih bersinar dan tidak akan pernah bisa dipadamkan oleh apa pun dosa, kegelapan dunia, keputusasaan, luka batin, atau serangan Iblis.

Kalau bahasa Gen Z–nya: Dunia boleh ngedark mode, tapi Yesus tetap auto brightness maksimum dan gak ada tombol “off”-nya.

Terang Allah yang Tidak Bisa Dipadamkan (Yohanes 1:5)

Yohanes 1:5 (TB)“Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.”
Yunani (fragmen):
κα τ φς ν τ σκοτί φαίνει, κα τ σκότος ατ ο κατέλαβεν.”
(
φς phōs = terang; σκότος skotos = kegelapan; κατέλαβεν katelaben = tidak menguasai / tidak menaklukkan / tidak memahami — kata yang punya nuansa menarik).

1.   Identitas Terang — Yesus adalah Terang itu (Ontologi & Inkarnasi)

Ayat kunci: Yohanes 1:1–5; Yohanes 1:9; Yohanes 8:12.

Yohanes memulai Injilnya dengan klaim ontologis: Logos bukan sekadar pengajar moral—Logos adalah Pribadi yang kekal; dari-Nya ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh. 1:1–4). Jadi Natal bukan sekadar peristiwa manis: itu adalah entré Tuhan ke dalam sejarah manusia—Terang yang hadir secara pribadi. Kata Yunani φς (phōs) dipakai untuk menegaskan kualitas eksistensial: bukan hanya menerangi, tapi memancarkan kebenaran, kehidupan, dan penglihatan rohani.

Secara teologis: kalau Yesus adalah Terang, maka segala panggilan etis dan pastoral kita berakar di sana. Terang bukan alat yang dimiliki; Terang adalah Pribadi yang menyinari. Itu menjamin bahwa terang-Nya tidak terbatas pada momen Natal — terang itu hidup, berkelanjutan, dan menghidupkan.

Aplikasi: jemaat harus melihat Natal sebagai pengulangan fakta: Tuhan yang sama yang masuk kandang dulu, masih masuk ke ruang hati yang gelap hari ini. Jangan percaya nostalgia; percayakan pada Pribadi yang menerangi.

2.   Konflik Terang vs Kegelapan — Mengapa kegelapan “tidak menguasainya” penting banget

Ayat kunci: Yohanes 1:5; 1 Yohanes 1:5–7; Yesaya 9:2; Roma 13:12.

Frasa Yunani “κα τ σκότος ατ ο κατέλαβεν” punya nuansa ganda: kata κατέλαβεν dapat berarti “menguasai/menaklukkan” tetapi juga “memahami/menangkap” (BDAG). Yohanes sengaja memakai kata yang kaya makna: dunia gelap tidak berhasil memadamkan terang; juga dunia gelap gagal memahami sepenuhnya siapa Terang itu. Jadi ada dua lapis: kegagalan menghancurkan + kegagalan mengerti.

Sejarah keselamatan menampilkan ini: Herodes, hukum agama, bahkan salib mencoba meredupkan atau menghapus Yesus — tapi salib justru menjadi ruang kemenangan (lihat Yoh. 12:32; Fil. 2:8–11). Kegelapan bisa saja tampak menang untuk sementara (kekecewaan, penindasan, trauma), tapi tanda eskatologis Yohanes jelas: kegelapan tidak punya kata akhir.

Aplikasi praktis-pastoral:

  • Ketika jemaat merasakan “gelap” (kesedihan, dosa, kegagalan pelayanan), ingat: kegelapan itu real tapi kalah secara ontologis.
  • Ajari umat melihat dua hal: lawan kegelapan dengan liturgi (doa, pengakuan dosa, liturgi pujian) dan dengan martabat (kesaksian hidup).
  • Dalam konteks penginjilan: kegelapan sering tidak mengerti karena kita bicara Injil dengan logika dunia. Jadi cara kita menerangi harus membumi: kata-kata yang bisa dimengerti, tindakan yang menunjukkan kasih.

3.   Hidup di Bawah Terang — Etika, Misi, dan Praktik Rohani sebagai respons Natal

Ayat kunci: Efesus 5:8–14; Roma 13:12; 1 Yohanes 1:7.

Kalau terang itu nyata dan tidak bisa dipadamkan, iman bukan hanya percaya teoritis — iman menuntut respons praktis. Yohanes menekankan: hidup dalam terang berarti berjalan dalam kejujuran (1 Yoh. 1:7), dan Efesus memanggil orang percaya meninggalkan perbuatan gelap dan “mengejar terang” — tindakan yang konkret: pertobatan, pengudusan, keadilan sosial, dan pelayanan.

Praktik rohani (doa, pembacaan Firman, persekutuan) adalah “switch” yang membuat kita peka terhadap terang-Nya setiap hari. Ini bukan ajaran modern semata—ini tradisi gereja mula-mula: hidup suci sebagai tanda bahwa Terang telah datang.

Aplikasi praktis konkret (challenge Natal):

  • Ritual sederhana: setiap rumah tangga nyalakan lilin pada malam Natal sambil membaca Yohanes 1:1–5 dan berdoa: “Biarlah terang-Mu memimpin keluarga kami.”
  • Tindakan sosial: buat satu aksi kecil Natal—kunjungi lansia, bantu keluarga berpenghasilan rendah, atau buka dapur kecil—sebagai manifestasi terang.
  • Langkah personal: minggu ini pilih satu “kegelapan” dalam hidupmu (kebiasaan, amarah, kecemasan) dan bawa ke confessional / accountability partner. Praktik itu menegaskan bahwa kegelapan tidak menguasai karena kita hidup di bawah Terang.

Penutup

Ringkasan: Natal mengumumkan bahwa Terang—Yesus Kristus—telah datang; kegelapan mencoba tetapi gagal memadamkan atau memahami Terang itu; respons kita bukan cuma tepuk tangan sentimental, tapi hidup yang tertransformasi: etika, misi, dan ritual yang nyata.

 

Posting Komentar untuk "Terang Allah yang Tidak Bisa Dipadamkan | Yohanes 1:5"