Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketekunan dalam Iman | Ibrani 12:1–2

 

Ketekunan dalam Iman | Ibrani 12:1–2

Pendahuluan / Ilustrasi - Lari Maraton Rohani

Bayangin ada satu event marathon besar banget—ribuan pelari ikut, hype banget, semua foto-foto dulu sebelum start, upload IG story, vibes-nya 🔥.

Tapi setelah 10 km… wajah mulai pucat, napas sesak, kaki keram, dan yang tadinya gaya banget sekarang cuma fokus: “Gimana caranya biar nggak nyerah.”

Dan kadang ada pelari yang akhirnya keluar jalur.

Ada yang berhenti karena capek, ada yang mulai banding-bandingin larinya sama orang lain, ada yang tergoda berhenti di booth makanan di samping track.

Nah, hidup kekristenan bukan sprint, tapi maraton yang panjang banget.

Ada naik turun, ada rasa ingin menyerah, ada godaan dan penderitaan.

Dan Tuhan nggak pernah janji jalannya mulus—tapi Dia janji kita bisa menyelesaikannya kalau tetap bertekun dalam iman.

Dan ini langsung nyambung banget sama ayat tema kita:

“Marilah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita, dengan mata yang tertuju kepada Yesus...” (Ibrani 12:1–2 TB)

Penulis Ibrani pakai analogi arena olahraga (Greek: στάδιον / stadion) — tempat pertandingan lari panjang yang populer di Yunani.

Kata “berlari dengan tekun” dalam bahasa Yunani adalah πομονή (hypomonē) yang berarti: Ketabahan, Tidak menyerah, Tetap bertahan meskipun sakit / lelah / susah.

Dengan kata lain, bukan sekadar bertahan hidup, tapi bertahan sambil tetap maju.

Jadi kalau hari ini ada yang ngerasa imannya lagi goyah, doanya seperti nggak dijawab, pelayanan terasa berat, atau hidup nggak sesuai ekspektasi—

Ibrani 12:1–2 bukan cuma teori… ini ayat “power-up” buat jiwa

Yesus bukan cuma kasih aba-aba start.

Yesus ada di garis finis dan Dia teriak:

“Ayo maju terus… Aku duluan, Aku menunggu kamu!”

POIN 1 — Melepaskan Beban yang Menghambat

“Marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita…”
(Ibrani 12:1a TB)

Dalam bahasa Yunani, beban = γκον (ogkon), berarti:

  • Bobot tambahan
  • Sesuatu yang tidak salah, tapi menghambat performa

Jadi bukan cuma dosa, tapi hal “netral” yang bikin iman perlahan melemah:

  • Hubungan toksik
  • Sikap membandingkan hidup
  • Perfeksionisme
  • Overthinking berlebihan
  • Kesibukan yang menggeser Tuhan

Yesus ngajarin hal ini sejak dulu:

“Di mana hartamu berada, di situ hatimu berada.”
(Matius 6:21)

Aplikasi untuk jemaat Gen Z & dewasa muda:
Belajar “decluttering spiritual” — kalau ada hal yang menjauhkan kita dari Tuhan, meskipun kelihatannya baik, lebih baik dilepas.
“Nggak semua ‘oke’ itu ‘baik untuk iman’.”

POIN 2 — Menjalani Perlombaan dengan Ketekunan

“… marilah kita berlari dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.”
(Ibrani 12:1b TB)

Kata “perlombaan” dalam Yunani: γνα (agōna) akar kata dari agony = perjuangan keras.

Artinya iman bukan jalan santai sore, tapi perjuangan panjang.
Paulus juga memakai istilah ini:

“Aku telah mengakhiri perjuangan yang baik, aku telah mencapai garis akhir…”
(2 Timotius 4:7)

Bayangan rohani:
Tuhan nggak panggil semua orang ke lomba yang sama.
Ada panggilan pribadi, proses pribadi, lintasan pribadi.

Aplikasi hidup:
Hentikan kompetisi sosial dan banding-bandingan hidup.
Yang penting selesaikan lintasanmu — bukan lintasan orang lain.
Kalau hidup ini game, fokusnya bukan “top 1 global” — tapi “setia sampai akhir.”

POIN 3 — Menetapkan Mata kepada Yesus

“Dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman dan yang membawa iman kita kepada kesempurnaan…”
(Ibrani 12:2 TB)

Frasa Yunani:

  • φορντες (aphorontes) = memusatkan pandangan, tidak terganggu oleh hal lain
  • ρχηγός (archēgos) = pemimpin, pencetus, sumber
  • τελειωτής (teleiotes) = penyempurna, yang menyelesaikan sampai tuntas

Yesus bukan cuma contoh — Dia pemimpin iman dan penyelesai iman.
Dia bukan cuma “menginspirasi,” Dia memberi kuasa untuk tetap berjalan.

Aplikasi hidup:
Jangan lihat

  • keadaan
  • masalah
  • omongan orang
  • masa lalu
  • algoritma sosial media 

Tetapkan fokus: Yesus.
Bukan “apa yang aku rasakan,” tapi “di mana Yesus memimpin.”

POIN 4 — Mengingat Pengorbanan Yesus sebagai Sumber Kekuatan

“Yang karena sukacita yang disediakan bagi-Nya, Yesus menanggung salib…”
(Ibrani 12:2b)

Bahasa Yunani χαρά (chara) = sukacita karena tujuan, bukan karena situasi.

Yesus kuat bukan karena salib itu mudah, tapi karena Ia tahu untuk siapa Ia mati — kita.

Petrus menulis:

“Kristus telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan…”
(1 Petrus 2:21)

Aplikasi hidup:
Kalau Yesus bertahan untuk kita,
apa kita mau menyerah hanya karena:

  • season karier lagi susah?
  • hubungan lagi nggak jelas?
  • pelayanan nggak dihargai?
  • doa belum dijawab?

Sumber stamina iman = mengingat siapa Yesus dan apa yang Ia lakukan.

POIN 5 — Ketekunan Membawa Kepada Kemuliaan

“… dan sekarang Ia duduk di sebelah kanan takhta Allah.”
(Ibrani 12:2c)

Setelah penderitaan kemuliaan.
Prinsip ini konsisten dari Kejadian sampai Wahyu.

Paulus bilang:

“Penderitaan zaman sekarang tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan…”
(Roma 8:18)

Aplikasi hidup:
Kalau kita bertahan:

  • Penderitaan punya batas
  • Kemuliaan punya kekekalan

Jadi kalau hari ini terasa “tough”, percayalah — Tuhan bukan bikin kamu gagal, Tuhan sedang membentuk kamu untuk tempat yang lebih tinggi.

PENUTUP

Yesus bukan cuma sedang menonton di tribun.
Dia ada di lintasan, ada di garis finis, dan ada di dalam kita.

Kalau kita lagi goyah, ingat:

  • Beban bisa dilepas
  • Penderitaan bisa dilalui
  • Finis sudah dijamin Yesus

Dan siapa tahu, suatu hari di surga, Yesus sambut kita dengan senyum lebar sambil bilang:

“Good job, kamu nggak nyerah.”

 

Posting Komentar untuk "Ketekunan dalam Iman | Ibrani 12:1–2"