Raja yang Lahir Datang dengan Kerendahan Hati | Filipi 2:6–8
PENDAHULUAN
Bayangin gini… ada seorang
raja super kaya, viral banget di seluruh dunia, hidup di istana megah, pakai
mahkota berlian, bodyguard di mana-mana, dan semua orang wajib berdiri kalau
dia lewat. Sekarang bayangin raja itu tiba-tiba bikin pengumuman: “Mulai hari
ini gue bakal ninggalin istana, lepas semua hak gue, hidup sebagai orang biasa.
Bahkan bukan cuma orang biasa — gue bakal lahir sebagai bayi dari keluarga
miskin, dan tujuan gue adalah mati demi rakyat gue.”
Bro… siapa yang waras mau begitu?
Di dunia kita, orang makin naik jabatan makin pengen dihormati. Makin
power, makin ngeri boss. Tapi Yesus? Plot twist total.
Alkitab bilang — “yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya…” (Filipi
2:6–7, LAI).
Dalam bahasa Yunani, kata
“mengosongkan diri” berasal dari kata κενόω (kenoō) yang berarti melepaskan
hak, bukan kehilangan keilahian, tapi memilih untuk tidak memakai
privilege-Nya.
Jadi Natal bukan cuma soal lagu, kado, pohon cemara, dan makan enak — Natal
adalah cerita Allah turun tanpa gengsi.
Dia nggak lahir di istana. Nggak tidur di golden crib. Nggak dikelilingi
penjaga kerajaan. Tapi lahir di palungan — tempat makan hewan. Maka kerendahan
hati bukan hanya karakter Yesus… itulah DNA-Nya sejak lahir.
Yesus datang sebagai Raja, tapi bukan raja yang suka pamer kuasa.
Ia Raja yang hadir untuk melayani, bukan dilayani — “Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya…”
(Markus 10:45).
Dan yang paling mind blowing?
Kerendahan hati Yesus bukan kelemahan…
Kerendahan hati Yesus adalah senjata kemenangan.
Natal mengajarkan bahwa kuasa sejati bukan tentang mendominasi — tetapi
tentang tunduk pada kehendak Bapa.
Keagungan sejati bukan tentang disanjung — tetapi tentang merendahkan diri
demi orang lain.
Cinta sejati bukan cuma kata — tetapi pengorbanan.
Yesus menunjukkan kemuliaan Allah bukan dengan kemewahan, tapi dengan
kerendahan hati.
Makanya di perayaan Natal ini kita nggak cuma mengingat kelahiran-Nya… tapi
juga belajar karakternya.
1.
Kerendahan
Hati Yesus Dimulai dengan Pilihan untuk Melepaskan Hak-Nya
Filipi 2:6 — “yang
walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai
milik yang harus dipertahankan” Dalam bahasa Yunani, kata ἁρπαγμός (harpagmos) berarti “sesuatu yang harus digenggam erat”.
Yesus itu Allah
sepenuhnya, berhak atas kemuliaan surgawi, tetapi Dia memilih untuk tidak
berpegang pada hak itu — itu tindakan kerendahan hati tertinggi. Yesus bukan
nggak punya kuasa. Dia punya, dan justru karena Dia punya — pilihan untuk
surrender itu luar biasa.
Kerendahan hati bukan
“nggak punya hak”, tapi punya hak namun memilih tidak menuntutnya demi kasih.
2.
Kerendahan
Hati Yesus Terlihat Dalam Inkarnasi-Nya
Filipi 2:7 — “melainkan
telah mengosongkan diri-Nya… dan menjadi sama dengan manusia”
Kata κενόω (kenoō) berarti mengosongkan diri dari privilege—bukan
kehilangan keilahian. Yesus bukan downgrade jadi manusia biasa, tapi upgrade
kemanusiaan dengan hadir sebagai Allah di dalam daging.
Kelahiran-Nya tidak
glamor: dari ibu biasa (Maria), bukan bangsawan (Lukas 1:27), lahir di kandang
(Lukas 2:7), tempat tidur: palungan hewan (Lukas 2:12).
Natal mengajarkan bahwa
Tuhan tidak jauh dari manusia — Dia masuk ke hidup kita apa adanya, bukan dalam
setting sempurna.
3.
Kerendahan
Hati Yesus Membawa Pengorbanan yang Menyelamatkan
Filipi 2:8 — “Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” Kerendahan
hati-Nya nggak berhenti di palungan — tapi mencapai puncak di kayu salib.
Yesus bukan mati karena
kalah.
Yesus mati karena taat.
Inkarnasi → Ketaatan → Keselamatan
manusia.
Kontras budaya:
•
Dunia mengejar
glory now
•
Yesus memilih sacrifice first, glory later
Dan hasilnya?
Filipi 2:9–11 — Allah sangat meninggikan Dia… dan setiap
lutut bertelut… dan setiap lidah mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan.
Kerendahan hati bukan jalan ke bawah… itu jalan ke
kemuliaan.
Kesimpulan
Natal bukan cuma mengingat bayi di palungan.
Natal adalah panggilan untuk hidup seperti Raja yang turun merendahkan
diri:
•
Bukan
haus pengakuan — tapi rela mengosongkan diri
•
Bukan
ingin dilayani — tapi mau melayani
•
Bukan
fokus diri sendiri — tapi rela berkorban
Kerendahan hati bukan sikap lemah —
kerendahan hati adalah karakter orang yang mengenal Tuhan dengan benar.

Posting Komentar untuk "Raja yang Lahir Datang dengan Kerendahan Hati | Filipi 2:6–8"
Berkomentar yg membangun dan memberkati.